ASSALAMUA’LAIKUM, WAROHMATULLOHI WABARAKAATUH.
Kabar gembira bagi anda Penganut Ahlussunnah Waljamaah, bahwa di Ponpes. Baitulhikmah nanti malam akan diadakan tabligh akbar dalam rangka Memperingati Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W, adapun Key note Speakernya adalah KH. T. Fuad Muhsin, salah satu pimpinan Ponpes Sukahideung. dengan demikian, kami selaku panitia mengajak kepada seluruh umat Islam untuk selalu melaksanakan Mauludan.
sekian dan terima kasih

KH. Saepudin Zuhri (Rahimahulloh)
Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning

KH. Saepudin Zuhri lahir di Cibalagbag Dusun Cikiangir Desa Mandalaguna ( dahulu Kawitan ) Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya pada tanggal 12 Agustus Tahun 1938. Beliau lahir dari seorang ibu bernama ibu Hj. Sukmi dan Ayahnya bernama H. Hudaeli. Kedua orang tua ini dikenal sebagai orang tua yang soleh, patuh dan taat menjalankan perintah agama. sehingga tidak heran bila kedua orang tua ini mendambakan agar diantara para putranya, kelak dapat menjadi seorang Ulama yang mampu mengajak umat untuk taat kepada ajaran agama.

Sejak kecil, kepadanya sudah ditanamkan sifat disiplin untuk menjalankan ibadah dan dituntut untuk selalu giat dan rajin menuntut ilmu.

Pada saat masih kecil, beliau belajar ngaji di kampung Cikiangir, dan menurut keterangan beliau, guru-guru ngaji diwaktu kecilnya antara lain : M. Sukirman pamannya, H. Fadli, H. Zakaria, Ustad Hadia, Ustad Ahmad.

Pendidikan umum yang dialaminya adalah Sekolah Rakyat ( SR ) di Salopa pada tahun 1946-1952.

Pendidikan pesantren yang dialaminya ialah :
  1. Cibeuti Kawalu tahun 1953 (KH. Zaenal Muttaqin) selama 20 hari
  2. Cinangsi/Cikoneng tahun 1954 (KH. Zakaria) selama 10 bulan
  3. Ciharashas/Cibeureum (KH. Jaelani) selama 1 tahun (1954-1955)
  4. Cilendek (KH. Bahrum) selama 8 tahun
  5. Keresek/Cibatu (KH. Busyrol Karim) selama 40 hari
  6. Sumursari/pasirjengkol (KH. Muhidin) selama 2 jam setengah
  7. Sagaranten (KH. Dimyati) selama 1 malam 3 jam
  8. Sayuran/cikajang (KH. Muhammad Nawawi) selama 3 minggu
  9. Sirnasari selama 2 minggu
  10. Riadul Alfiyah Sadang/garut (KH. Raden Utsman)
Saat di Pesantren Cilendek, beliau selain menjadi santri juga dipercaya menjadi lurah santri dan membantu kiayi untuk mengajar santri yang lainnya.

Selama menunutut ilmu, beliau selalu menunjukan sikap yang tekun dan rajin karena didorong oleh sesuatu keinginan yang memang sudah tertanam sejak kecil.

Namun perjalanannya dalam menuntut ilmu itu tidak selamanya berjalan mulus, beliau kerap kali harus merasakan sesuatu keadaaan yang sangat pahit, terutama kurangnya biaya dan bekal.

Di kampung halamannya sering mengalami masa paceklik. Keadaan ini sering menimbulkan lambatnya kiriman bekal untuk menyambung hidup sehari hari.

Pada saat demikian, untuk memperoleh sesuap nasi saja terpaksa harus berjualan kayu bakar, membuat arang kayu untuk dijual, dan bekerja di pabrik tahu. Ketika mesantren di pesantren sayuran Cikajang Garut, beliau pernah tidak menemukan makanan selama tujuh hari tujuh malam kecuali air mentah.

Namun keadaan itu semua, sama sekali tidak membuat cita citanya untuk kandas di tengah jalan, bahkan dengan bermodalkan keyakinan dan bertawakal kepada Allah sang pencipta, beliau tetap meneruskan cita citanya untuk menuntut ilmu.
Dan Alhamdulillah sampailah beliau pada saatnya untuk bermukim dengan menggondol ilmu agama, dan dihiasi dengan sikapnya yang sabar, tawakal, dan penuh tawadlo.

Pada tahun 1963 beliau menikah dengan Hj. E. Rohbiyyah putri dari pamannya sendiri bernama H. Hasbullah / H. Isyaroh.

Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai tujuh anak dan cucu, yaitu :
  1. KH. Busyrol Karim
    Ny. Eem Salamah (menantu)
  2. Hj. Ai Nurlarla
    Drs.H. Unang Mulyadi (menantu)
    ---
    Gumilar Ahmad Purbawisesa (cucu)
    Agung Muhammad Fahmi (cucu)
    Aulia Rahman (cucu)
    Qori Azkiya (cucu)
    Agni Prasetya(cucu)
  3. Ust. A. Salahudin . M, S. Ag
    Ustdh.Tina Yunita ( menantu )
    ---
    Vini Wahyuni RZ . (cucu), Alm
    Azhari Rusydi (cucu)
    Sanabila Zuhri Utami (cucu)
    Liudza (cucu)
    Badilatul Zuhri (cucu)
  4. Hj. E. Nurmala Zahra
    H. Ismail Salim(menantu)
    Ali Roswan Faozi (cucu)
  5. Hj. Ade Zahratul Fuadah S. Ag
    Ust. Mahpudin. S. Ag (menantu)
    Mafaz Hasbullah (cucu)
    Kaila (cucu)
    Naila (cucu)
  6. H. Iip Miftahul Faoz S. Ag
    Hj. Iin Mariana (menantu)
  7. H. M. Sofiudin Zuhri

KH. Saepudin Zuhri wafat pada tanggal 30 Agustus 2013/23 Syawal 1434.

رحمه الله وغفر له وأسكنه فسيح جناته
---
Dede Ruhiyat, 12 Januari 2014.
Pada Pelatihan Teknologi Informasi (TIK) untuk Pesantren Se-Jawa Barat di Pesantren Asyifaa Wal Mahmudiyyah Sumedang.

Alhamdulillah Robbil ‘Aalamiin…

Dengan qudrot Allah Yang Maha Kuasa, telah lahir “CICIT/BUYUT” KH. Saepudin Zuhri (Alm) dari pasangan Gumilar Akhmad Purbawisesa (a Gugum) dan Yesi Arselina dan menjadi cucu pertama dari H. Unang Mulyadi dan Hj. Ai Nurla, pada tanggal 28 Desember 2013 di RS. TMC Tasikmalaya dengan persalinan normal dan alhamdulillah diberi nama “ ZAHIRA ADISHREE PURBAWISESA” yang berarti wanita yang brilian dan diagungkan.

Semoga menjadi penerus agama dan Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning, dan selalu membanggakan orang tuanya

IMG_20131229_110524IMG_20131229_083949C360_2014-01-06-11-05-57-421


Pondok Pesantren Baitul Hikmah beralamat di dusun Haurkuning Desa Mandalaguna Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya, terletak di arah selatan berjarak kurang lebih 35 Km dari Ibu Kota Tasikmalaya.

Pondok pesantren ini didirikan pada tanggal 18 Agustus 1964 oleh syaekhuna Almukarram KH. Saepudin Zuhri. Semula pesantren ini bernama '' Haurkuning " dihubungkan dengan lokasinya di puncak haur.

Namun menurut pendirinya nama Haurkuning tidak ada kaitannya dengan puncak Haur . Nama Haur Kuning diberikan oleh almarhum Bapak KH. Muhammad Nawawi Cikajang Garut pada saat KH. Saepudin Zuhri mesantren disana. Bertalian dengan nama Haurkuning ini almarhum Bapak KH. Jaelani Pimpinan Pondok Pesantren Ciharashas Ciberem Tasikmalaya memberikan penafsiran sebagai berikut :
  • Haur ( bahasa arab ) berarti bidadari
  • Kuning ( Qonaah, Bahasa arab ) berarti menerima segala kenyataan yang ada dngan dengan penuh kesabaran .
Tetapi salah seorang mukimin menafsirkan sebagai berikut :
Haur (Bahasa Arab) berarti bidadari yang menjadi panutan setiap orang.
Kuning ( Bahasa Indonesia ) melambangkan warna dan suasana cerah, damai dan berwibawa. Jadi dengan dengan nama Haur Kuning diharapkan pesantren ini akan menjadi panutan umat yang membawa kepada suasana yang terang, terlepas dari kebodohan dan dapat menerangi jalan kebenaran dan menciptakan suasana aman tentram bagi masyarakat sekitarnya.
Nama Baitul Hikmah diberikan pengasuh pesantren, sepulangnya beliau pulang dari tanah suci Mekkah Almukarramah pada tahun 1978. Menurut keterangan beliau sewaktu bertawaf di Baitullah tepatnya waktu berdoa di Multazam, ada suara beberapa kali menyebut Baitul Hikmah , sehingga beliau mempunyai firasat bahwa pesantren ini harus diberi nama "BAITUL HIKMAH".

Baitul Hikmah berarti rumah ilmu, sesuai dengan fungsi pesantren sebagai lembaga ilmu diharapkan mampu mencetak kader muslim yang betul-betul menguasai ilmu agama untuk diamalkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Dilihat dari sudut strategi, lokasi pesantren ini seolah olah kurang tepat karena berada disuatu puncak gunung yang sulit dijangkau dan jauh dari jalan raya, bahkan harus melintasi dua buah sungai yaitu sungai Cimedang dan sungai Cijeruk .

Tetapi menurut keterangan dari pendirinya, lokasi ini merupakan pilihan yang tepat dan sudah diperhitungkan. dan pada kenyataannya saat ini memang pesantren Haurkuning sudah berubah menjadi suatu komplek yang ramai dan mudah dijangkau. Jalan terjal dan licin apabila turun hujan, sekarang seolah olah tak pernah ada, karena semuanya telah beraspal sampai jalan protokol.

Didukung oleh udara pegunungan yang segar, panorama alam yang indah, lingkungan yang asri bersih mengubah kesan lokasi yang dulu seolah olah anker dan menakutkan. Kini berubah menjadi arena yang ramai bagi para pemburu ilmu. Saratnya kegiatan pengajian, ketatnnya disiplin, melahirkan generasi yang tangguh, sehingga lahir dari pesantren ini generasi-generasi penerus yang telah menyebarkan sayapnya diberbagai daerah. Sungguh ini suatu aset yang tiada taranya bagi agama dan bangsa. Dipinggiran komplek pesantren pada saat ini masih banyak bongkahan-bongkahan batu yang dahulunya dibongkar / diambil dari sekitar ini .
Batu batu tersebut merupakan saksi bisu seolah olah berkata :
"AKULAH PENGHUNI TETAP LOKASI PUNCAK HAUR INI, TETAPI AKU RELA DIBONGKAR/ DIPINDAHKAN DEMI BERKEMBANGNYA SYIA'R AGAMA".

Baitul Hikmah

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3fOcHfpzL874U3OhFwoDrMy_XJr8jNRvq4CxHXPB1Qa1NMdgEO48S7NakmR2xFHZqjXE51WZv72knbXASHUdyc1GU8Tf5-YnwwxSjbUevOc7QyMDbP8vmmEHOw7-RsYxH6mavOf1ZepM/s600/baitul-hikmah-sedang.png} Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Tasikmalaya {facebook#https://www.facebook.com/baitul.hikmah.99/} {twitter#https://twitter.com/yappabahik} {youtube#https://www.youtube.com/channel/#} {instagram#https://www.instagram.com/#/}
Diberdayakan oleh Blogger.