Pondok Pesantren Baitul Hikmah beralamat di dusun Haurkuning Desa Mandalaguna Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya, terletak di arah selatan berjarak kurang lebih 35 Km dari Ibu Kota Tasikmalaya.
Pondok pesantren ini didirikan pada tanggal 18 Agustus 1964 oleh syaekhuna Almukarram KH. Saepudin Zuhri. Semula pesantren ini bernama '' Haurkuning " dihubungkan dengan lokasinya di puncak haur.
Namun menurut pendirinya nama Haurkuning tidak ada kaitannya dengan puncak Haur . Nama Haur Kuning diberikan oleh almarhum Bapak KH. Muhammad Nawawi Cikajang Garut pada saat KH. Saepudin Zuhri mesantren disana. Bertalian dengan nama Haurkuning ini almarhum Bapak KH. Jaelani Pimpinan Pondok Pesantren Ciharashas Ciberem Tasikmalaya memberikan penafsiran sebagai berikut :
- Haur ( bahasa arab ) berarti bidadari
- Kuning ( Qonaah, Bahasa arab ) berarti menerima segala kenyataan yang ada dngan dengan penuh kesabaran .
Tetapi salah seorang mukimin menafsirkan sebagai berikut :
Haur (Bahasa Arab) berarti bidadari yang menjadi panutan setiap orang.
Kuning ( Bahasa Indonesia ) melambangkan warna dan suasana cerah, damai dan berwibawa. Jadi dengan dengan nama Haur Kuning diharapkan pesantren ini akan menjadi panutan umat yang membawa kepada suasana yang terang, terlepas dari kebodohan dan dapat menerangi jalan kebenaran dan menciptakan suasana aman tentram bagi masyarakat sekitarnya.
Nama Baitul Hikmah diberikan pengasuh pesantren, sepulangnya beliau pulang dari tanah suci Mekkah Almukarramah pada tahun 1978. Menurut keterangan beliau sewaktu bertawaf di Baitullah tepatnya waktu berdoa di Multazam, ada suara beberapa kali menyebut Baitul Hikmah , sehingga beliau mempunyai firasat bahwa pesantren ini harus diberi nama "BAITUL HIKMAH".
Baitul Hikmah berarti rumah ilmu, sesuai dengan fungsi pesantren sebagai lembaga ilmu diharapkan mampu mencetak kader muslim yang betul-betul menguasai ilmu agama untuk diamalkan dan disebarluaskan kepada masyarakat. Dilihat dari sudut strategi, lokasi pesantren ini seolah olah kurang tepat karena berada disuatu puncak gunung yang sulit dijangkau dan jauh dari jalan raya, bahkan harus melintasi dua buah sungai yaitu sungai Cimedang dan sungai Cijeruk .
Tetapi menurut keterangan dari pendirinya, lokasi ini merupakan pilihan yang tepat dan sudah diperhitungkan. dan pada kenyataannya saat ini memang pesantren Haurkuning sudah berubah menjadi suatu komplek yang ramai dan mudah dijangkau. Jalan terjal dan licin apabila turun hujan, sekarang seolah olah tak pernah ada, karena semuanya telah beraspal sampai jalan protokol.
Didukung oleh udara pegunungan yang segar, panorama alam yang indah, lingkungan yang asri bersih mengubah kesan lokasi yang dulu seolah olah anker dan menakutkan. Kini berubah menjadi arena yang ramai bagi para pemburu ilmu. Saratnya kegiatan pengajian, ketatnnya disiplin, melahirkan generasi yang tangguh, sehingga lahir dari pesantren ini generasi-generasi penerus yang telah menyebarkan sayapnya diberbagai daerah. Sungguh ini suatu aset yang tiada taranya bagi agama dan bangsa. Dipinggiran komplek pesantren pada saat ini masih banyak bongkahan-bongkahan batu yang dahulunya dibongkar / diambil dari sekitar ini .
Batu batu tersebut merupakan saksi bisu seolah olah berkata :
"AKULAH PENGHUNI TETAP LOKASI PUNCAK HAUR INI, TETAPI AKU RELA DIBONGKAR/ DIPINDAHKAN DEMI BERKEMBANGNYA SYIA'R AGAMA".