Tasikmalaya, NU Online; Menghafal syair berbahasa Arab bagi para santri tidaklah asing. Namun, bersaing membawakan syair itu dalam sebuah ajang lomba tak banyak ditemui. Inilah yang tampak di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (21/10).

Di pesantren yang terletak di Kampung Haurkuning, Kecamatan Salopa ini para santri membawakan syair-syair dari Alfiyah Ibnu Malik dan Ta’limul Muta‘allim dengan cara memadukan syair dan wazan yang terdapat dalam ‘arud, ilmu syair bahasa Arab. Langgamnya disesuaikan dengan zaman sekarang, bahkan bisa bernuansa kebarat-baratan, ketimur-timuran, dan juga nuansa khas Nusantara.

Dengan tetap menaati kaidah ilmu arud, para santri dipersilakan membawakan syair dengan berbagai genre musik, bahkan iringan para penari dari kalangan para santri. Dewan Santri Baitul Hikmah Haurkuning Fahmi Dziaulhaq menuturkan bahwa lomba ini adalah untuk mendorong kreativitas santri dalam berimajinasi.

Perlombaan memiliih syair sebagai materi lomba karena nadhaman lebih disenangi santri daripada narasi teks biasa. Kitab Alfiyyah Ibnu Malik dan Ta'lim Muta'allim dipilih karena kebanyakan syair di kedua kitab tersebut mengandung bahar rajaz,towil, basith, dan kamil.

“Selain itu dalam kitab-kitab ini banyak petuah yang harus kita petik apalagi dalam Ta'lim. Syair dari kedua kitab ini adalah yang digeluti para santri dan dihafalnya,” pungkasnya.

Para santri ini berlomba untuk memperebutkan piala Muharaman yang digelar selama hampir dua minggu. Perlombaan diikuti para santri yang terbagi berdasarkan asal daerah dengan tiga kategori lomba, yaitu pendidikan, kesenian dan olahraga dan ini adalah ajang lomba paling bergengsi di Haurkuning. (Husni Mubarok/Mahbib)

---
Sumber Release:
http://www.nu.or.id/


Tasikmalaya, NU Online: Santri Baitul Hikmah Haurkuning melalukan sujud syukur dengan adanya Hari Santri Nasional. Mereka melakukan itu seusai melaksanakan pembacaan Shalawat Nariyah yang dilaksanakan di Masjid Jami Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Tasikmalaya, Jawa Barat (21/10).

Sujud syukur ini dilandasi atas rasa bangga dan syukur atas perhatian pemerintah terhadap santri yang dulu kurang diakui.

Imam masjid Baitul Hikmah Ajengan Yasa mengatakan, dulu ketika dirinya mesantren, menjadi santri itu sangat susah dan sering dicurigai, khususnya ketika masa Darul Islam (DI) Tentara Islam Indonesia (TII) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo.

Bahkan mengajipun dulu tak tenang, tapi ketika Hari Santri ini ada, santri jadi diakui dan mari kita sujud syukur atas nikmat ini,” ajaknya.

Santri Haurkuning Ridwan mengatakan dengan adanya Hari Santri ia menjadi bangga. Dan momentum sujud syukur itu sangat luar biasa.

“Hidup santri,” pekiknya. (Husni Mubarok/Abdullah Alawi)

--- --- ---
Sumber Release:
http://www.nu.or.id/post/read/72313/baitul-hikmah-haurkuning-sujud-syukur-hari-santri

Baitul Hikmah

{picture#https://1.bp.blogspot.com/-WWLcd3LMhko/UhBry7RnZJI/AAAAAAAAABc/uW_1WgvSy2o/s600/baitul-hikmah-sedang.png} Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning Tasikmalaya {facebook#https://www.facebook.com/baitul.hikmah.99/} {twitter#https://twitter.com/yappabahik} {youtube#https://www.youtube.com/channel/#} {instagram#https://www.instagram.com/#/}
Diberdayakan oleh Blogger.