KH. Saepudin Zuhri (Rahimahulloh) Pendiri Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning |
Sejak kecil, kepadanya sudah ditanamkan sifat disiplin untuk menjalankan ibadah dan dituntut untuk selalu giat dan rajin menuntut ilmu.
Pada saat masih kecil, beliau belajar ngaji di kampung Cikiangir, dan menurut keterangan beliau, guru-guru ngaji diwaktu kecilnya antara lain : M. Sukirman pamannya, H. Fadli, H. Zakaria, Ustad Hadia, Ustad Ahmad.
Pendidikan umum yang dialaminya adalah Sekolah Rakyat ( SR ) di Salopa pada tahun 1946-1952.
Pendidikan pesantren yang dialaminya ialah :
Selama menunutut ilmu, beliau selalu menunjukan sikap yang tekun dan rajin karena didorong oleh sesuatu keinginan yang memang sudah tertanam sejak kecil.
Namun perjalanannya dalam menuntut ilmu itu tidak selamanya berjalan mulus, beliau kerap kali harus merasakan sesuatu keadaaan yang sangat pahit, terutama kurangnya biaya dan bekal.
Di kampung halamannya sering mengalami masa paceklik. Keadaan ini sering menimbulkan lambatnya kiriman bekal untuk menyambung hidup sehari hari.
Pada saat demikian, untuk memperoleh sesuap nasi saja terpaksa harus berjualan kayu bakar, membuat arang kayu untuk dijual, dan bekerja di pabrik tahu. Ketika mesantren di pesantren sayuran Cikajang Garut, beliau pernah tidak menemukan makanan selama tujuh hari tujuh malam kecuali air mentah.
Namun keadaan itu semua, sama sekali tidak membuat cita citanya untuk kandas di tengah jalan, bahkan dengan bermodalkan keyakinan dan bertawakal kepada Allah sang pencipta, beliau tetap meneruskan cita citanya untuk menuntut ilmu.
Dan Alhamdulillah sampailah beliau pada saatnya untuk bermukim dengan menggondol ilmu agama, dan dihiasi dengan sikapnya yang sabar, tawakal, dan penuh tawadlo.
Pada tahun 1963 beliau menikah dengan Hj. E. Rohbiyyah putri dari pamannya sendiri bernama H. Hasbullah / H. Isyaroh.
Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai tujuh anak dan cucu, yaitu :
KH. Saepudin Zuhri wafat pada tanggal 30 Agustus 2013/23 Syawal 1434.
رحمه الله وغفر له وأسكنه فسيح جناته
---
Dede Ruhiyat, 12 Januari 2014.
Pada Pelatihan Teknologi Informasi (TIK) untuk Pesantren Se-Jawa Barat di Pesantren Asyifaa Wal Mahmudiyyah Sumedang.
Pada saat masih kecil, beliau belajar ngaji di kampung Cikiangir, dan menurut keterangan beliau, guru-guru ngaji diwaktu kecilnya antara lain : M. Sukirman pamannya, H. Fadli, H. Zakaria, Ustad Hadia, Ustad Ahmad.
Pendidikan umum yang dialaminya adalah Sekolah Rakyat ( SR ) di Salopa pada tahun 1946-1952.
Pendidikan pesantren yang dialaminya ialah :
- Cibeuti Kawalu tahun 1953 (KH. Zaenal Muttaqin) selama 20 hari
- Cinangsi/Cikoneng tahun 1954 (KH. Zakaria) selama 10 bulan
- Ciharashas/Cibeureum (KH. Jaelani) selama 1 tahun (1954-1955)
- Cilendek (KH. Bahrum) selama 8 tahun
- Keresek/Cibatu (KH. Busyrol Karim) selama 40 hari
- Sumursari/pasirjengkol (KH. Muhidin) selama 2 jam setengah
- Sagaranten (KH. Dimyati) selama 1 malam 3 jam
- Sayuran/cikajang (KH. Muhammad Nawawi) selama 3 minggu
- Sirnasari selama 2 minggu
- Riadul Alfiyah Sadang/garut (KH. Raden Utsman)
Selama menunutut ilmu, beliau selalu menunjukan sikap yang tekun dan rajin karena didorong oleh sesuatu keinginan yang memang sudah tertanam sejak kecil.
Namun perjalanannya dalam menuntut ilmu itu tidak selamanya berjalan mulus, beliau kerap kali harus merasakan sesuatu keadaaan yang sangat pahit, terutama kurangnya biaya dan bekal.
Di kampung halamannya sering mengalami masa paceklik. Keadaan ini sering menimbulkan lambatnya kiriman bekal untuk menyambung hidup sehari hari.
Pada saat demikian, untuk memperoleh sesuap nasi saja terpaksa harus berjualan kayu bakar, membuat arang kayu untuk dijual, dan bekerja di pabrik tahu. Ketika mesantren di pesantren sayuran Cikajang Garut, beliau pernah tidak menemukan makanan selama tujuh hari tujuh malam kecuali air mentah.
Namun keadaan itu semua, sama sekali tidak membuat cita citanya untuk kandas di tengah jalan, bahkan dengan bermodalkan keyakinan dan bertawakal kepada Allah sang pencipta, beliau tetap meneruskan cita citanya untuk menuntut ilmu.
Dan Alhamdulillah sampailah beliau pada saatnya untuk bermukim dengan menggondol ilmu agama, dan dihiasi dengan sikapnya yang sabar, tawakal, dan penuh tawadlo.
Pada tahun 1963 beliau menikah dengan Hj. E. Rohbiyyah putri dari pamannya sendiri bernama H. Hasbullah / H. Isyaroh.
Dari pernikahannya itu, beliau dikaruniai tujuh anak dan cucu, yaitu :
- KH. Busyrol Karim
Ny. Eem Salamah (menantu) - Hj. Ai Nurlarla
Drs.H. Unang Mulyadi (menantu)
---
Gumilar Ahmad Purbawisesa (cucu)
Agung Muhammad Fahmi (cucu)
Aulia Rahman (cucu)
Qori Azkiya (cucu)
Agni Prasetya(cucu) - Ust. A. Salahudin . M, S. Ag
Ustdh.Tina Yunita ( menantu )
---
Vini Wahyuni RZ . (cucu), Alm
Azhari Rusydi (cucu)
Sanabila Zuhri Utami (cucu)
Liudza (cucu)
Badilatul Zuhri (cucu) - Hj. E. Nurmala Zahra
H. Ismail Salim(menantu)
Ali Roswan Faozi (cucu) - Hj. Ade Zahratul Fuadah S. Ag
Ust. Mahpudin. S. Ag (menantu)
Mafaz Hasbullah (cucu)
Kaila (cucu)
Naila (cucu) - H. Iip Miftahul Faoz S. Ag
Hj. Iin Mariana (menantu) - H. M. Sofiudin Zuhri
KH. Saepudin Zuhri wafat pada tanggal 30 Agustus 2013/23 Syawal 1434.
رحمه الله وغفر له وأسكنه فسيح جناته
---
Dede Ruhiyat, 12 Januari 2014.
Pada Pelatihan Teknologi Informasi (TIK) untuk Pesantren Se-Jawa Barat di Pesantren Asyifaa Wal Mahmudiyyah Sumedang.
Terharu sekali,..
BalasHapusMasyaAlloh